PALUGADANEWS.COM, MUARA ENIM – Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Muara Enim, mulai melestarikan dan mengembangkan permainan tradisional yang saat ini semakin kurang diminati anak-anak.
Kepala MAN 1 Muara Enim, Efi Almansyah melalui Guru Penjaskes, Helmi mengatakan, ide membudayakan permainan tradisional guna membangkitkan kembali kecintaan siswa terhadap permainan yang sudah ada sejak dulu.
Menurutnya, saat ini anak-anak cenderung lebih suka bermain game online yang ada di telepon seluler maupun gadget.
Berita Terkait:
- SMP Lematang Lestari Menjadi Sekolah Model Di Kabupaten Muara Enim
- Tekan Kenakalan Remaja, Polres Muara Enim Bina Pelajar di Sekolah
- MAN Muara Enim Bertekad Ciptakan Sekolah Bebas Narkoba
- PIK R SMP Negeri 1 Lawang Kidul Wakili Sumsel di Tingkat Nasional
“Akibat perkembangan teknologi, anak-anak melupakan permainan tradisional. Oleh karena itu, kita adakan permainan tradisional di madrasah, supaya bagi siswa yang belum tahu, akan lebih mengetahui lebih banyak jenis-jenis permainan tradisional, dan tidak dilupakan,” ujar Helmi.
Menurut Helmi, di tahun 70-90 an, anak-anak belum mengenal permainan modern, seperti playstation, game online, internet maupun komputer.
Anak-anak pada masa itu, kata dia, juga belum mengenal ponsel, apalagi smarthpone. Televisi juga masih hitam putih, sehingga ketika itu anak-anak bisa bermain bebas di luar bersama teman-teman, dan bisa berinteraksi satu sama lainnya.
Anak-anak saat itu cuma mengenal permainan engklek, lompat tali, gasing, bermain kelereng, dan sejumlah permainan tradisional lainnya, namun mereka bahagia.
Untuk kembali membangkitkan permainan tradisional di zaman, MAN 1 Muara Enim mengajak para siswa-siswinya untuk memainkan permainan tradisional sebelum kegiatan belajar Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan).
Siswa kelas X dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota sekitar 5-6 siswa. Setiap kelompok harus memainkan permaianan tradisional yang dikuasai, dan setiap minggunya mereka akan tampil secara bergantian.
Sebagai salah satu warisan nenek moyang, dan bisa menjadi identitas bangsa, sudah seharusnya permainan tradisional tersebut kembali dibudayakan.
Terlebih, permainan tradisional itu bukan sekedar permainan, melainkan turut mengajarkan anak-anak bersikap sportif, saling menghargai, kerja sama dan bertanggung jawab.