Ribuan Petani Dieng Aksi Tolak Impor Kentang

Ribuan petani kentang mendatangi Kementerian Perdagangan. Mereka meminta pemerintah menghentikan impor kentang.

Ribuan petani kentang mendatangi Kementerian Perdagangan. Mereka meminta pemerintah segera menghentikan impor kentang. (Foto: Serikat Petani Indonesia)

PALUGADANEWS.COM, JAKARTA — Ribuan petani yang tergabung dalam Serikat Petani Indonesi (SPI), Kamis  pagi (8/12/2016), mendatangi Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI Jakarta, menolak impor kentang yang akan dilakukan oleh Pemerintah.

Petani kentang dan holtikultura yang datang dari Dieng, Jawa Tengah itu merasa resah dengan peredaran kentang impor di pasaran. Harga kentang impor tersebut lebih murah dibanding produk petani lokal.

“Masuknya kentang impor dari Cina dan Pakistan membuat petani kentang merugi, karena kentang impor lebih murah ketimbang kentang lokal,” demikian keterangan resmi Serikat Petani Indonesia yang dikutip Palugadanews.com,  Kamis (8/12/2016).

Petani Kentang Merugi

Akibat impor kentang sayur ini, petani kentang  Dieng mengaku dirugikan.  Dalam satu hektar lahan petani rugi Rp 24.000.000 per tahun, dengan luas lahan kentang di dataran tinggi Dieng sekitar 15.000 hektar. Kerugian petani mencapai Rp 360 miliar per tahun.

“Produk kentang kami biasanya dikirim ke Jakarta, tapi akibat impor kentang dari Cina dan Pakistan, kentang lokal tidak laku. Di Pasar Kramat Jati Jakarta,  kentang petani dijual sekitar Rp. 8.500 per kg sedangkan kentang impor dijual Rp.6.000 per kg,” kata Didik, petani kentang anggota SPI.

Setelah kentang impor membanjiri pasar tradisional, kentang lokal hanya dihargai Rp. 6.500 per kg di tingkat petani. “Dengan harga jual Rp 6.500 per kilogram saja, kami petani kentang rugi Rp. 12.000.000 per hektar, dalam setahun setidaknya ada dua kali musim tanam,” ujarnya.

Didik menambahkan, untuk memenuhi modal saja, setidaknya kentang lokal harus dijual seharga Rp. 7.500 per kilogramnya. “Untuk itu kami meminta pemerintah untuk menghentikan impor kentang sekarang juga,” tegasnya.