Sanggar Budaya Benakat, Lestarikan Budaya Daerah

Sekolah adat Sanggar Seni Benakat.

PALUGADANEWS.COM, MUARA ENIM — Sekelompok warga Benakat mendirikan Sanggar Budaya Benakat (SBB)  di Desa Padang Bindu, Kecamatan Benakat, Muara Enim.

Pendiriaan SBB tersebut sebagai upaya melestarikan budaya daerah Benakat agar selalu terjaga dan tidak tergerus  perkembangan zaman.

Pembina SBB, Ical yang didampingi Ketua SBB, Agus Saleh mengatakan di era globalisasi saat ini, adat dan seni budaya daerah berangsur ditinggalkan oleh masyarakat.

Padahal menurut dia, kebudayaan menjadi objek penting dalam upaya membangun bangsa, karena bangsa ini sejatinya dibesarkan oleh kebudayaan.

Dikatakan dia, Benakat sendiri memiliki stigma negatif dari di mata masyarakat Kabupaten Muara Enim.

“Melalui pendirian SBB ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Budaya Benakat sehingga dapat mengubah sudut pandang masyarakat mengenai Benakat yang selalu negatif menjadi lebih baik lagi,” ujar Wira, Sabtu (23/12/2017).

Dia juga mengatakan bahwa dalam SBB tersebut terdapat beberapa sub kegiatan yaitu sekolah adat, industri kreatif, tari, musik, sastra tutur serta teater atau drama.

“Sekolah adat merupakan bentuk pendidikan non formal yang tujuannya memenuhi kebutuhan informasi kebudayaan setempat, karena saat ini kebutuhan materi kebudayaan dan muatan lokal di sekolah formal sangat minim bahkan tidak ada,” ungkap Wira yang pernah tergabung dalam sanggar seni WS Rendra ini.

Sistem belajar sekolah adat tersebut, lanjut Wira, di alam bebas layaknya sekolah alam dengan jadwal seminggu sekali dengan materi mengenal lingkungan sekitar yakni di rimbo sekampung dan materi permainan tradisional.

“Untuk materi adat diisi oleh kepala adat setempat yakni Temenggung Edianto, sedangkan materi perkembangan anak diisi guru-guru yang mumpuni,” lanjut Wira.

Saat ini kata dia, SBB memiliki 200 murid untuk sub sekolah adat yang berasal dari enam desa di Kecamatan Benakat. Sedangkan sub tari baru 15 orang, industri kreatif 4 orang dan teater 30 orang. “Muridnya berasal dari berbagai desa, jadi gurunya datang dari desa ke desa,” tambahnya.

Karena sistem belajarnya dari desa ke desa, ungkap Wira, selama kegiatan pihaknya sering terkendala transportasi, sehingga tak jarang guru yang mengajar harus menunggu jemputan dulu.

Sarjana Ilmu Pemerintahan ini juga mengapresiasi perhatian dari Pemkab Muara Enim dan support yang diberikan enam kades di Kecamatan Benakat terhadap keberadaan SBB.

“Untuk perhatian pemerintah bagus, misalnya dipermudahnya oleh Kesbangpol dalam mengurus akta kemendagri tentang organisasi pemuda, lalu bantuan untuk akta notaris. Kemudian dari ibu bupati juga sambutannya luar biasa,” ungkapnya.

Wira berharap, Pemkab Muara Enim tidak hanya terfokus pada pengembangan kebudayaan di kota Muara Enim saja namun juga di daerah lain, yang kebutuhan fasilitas kebudayaannya juga harus dipenuhi.

“Karena jika pemerintah jeli melihatnya, kebudayaan dapat menjadi power pemerintah untuk benar-benar membangun Muara Enim. Kebudayaan jangan hanya jadi project oriented, namun kebudayaan di tiap kecamatan harus benar-benar dibangkitkan,” tutup Wira.