Warga Desa Danau Tampang Dambakan Pembangunan Jembatan

Foto: Ilustrasi

PALUGADANEWS.COM, MUARA ENIM — Sejak puluhan tahun warga Desa Danau Tampang, Kecamatan Sungai Rotan, Kabupaten Muara Enim mendambakan jembatan yang dapat mengubungkan desa mereka dengan desa lainnya yang berada di seberang Sungai Lematang.

Desa yang dihuni oleh kurang lebih 600 kepala keluarga ini, terpisahkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Sungai Rotan oleh bentangan Sungai Lematang. Sebagai sarana transportasi, warga menggunakan perahu atau ketek dengan ongkos yang cukup tinggi.

Berita Lain:

Yoanda (50) warga dusun 1 desa Danau Tampang ini mengatakan, warga telah berkali-kali mengusulkan kepada pemerintah daerah membangunkan jembatan yang menghubungkan desa mereka ke seberang Sungai Lematang.

“Kita telah mengusulkan agar dibangunn jembatan permanen atau jembatan gantung sebagai penghubung desa kita ke Desa Danau Baru sejak zaman pemerintahan masih sistem kerie. Setiap Musrenbang dari tingkat desa hingga kabupaten juga kita sampaikan. Reses anggota DPRD Dapil III juga kita sampaikan, namun belum ada realisasinya,”  terang Yoanda, beberapa waktu lalu.

Menurut Yoanda, warga selain transportasi yang mahal, warga juga kesulitan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP maupun SMA karena di desa tersebut hanya ada sekolah dasar. Sementara sekolah menengah berada di kecamatan.

“Sebenarnya itu yang paling susah anak sekolah dan warga kita yang bekerja di seberang sana, karena kalau tidak ada perahu tidak bisa berangkat sekolah atau ke perkebunan. Biaya menyeberang dengan perahu cukup tinggi, kita harus mengeluarkan biaya Rp.5000 setiap penyeberangan. Maka dari itu besar harapan kita agar adanya jembatan yang menghubungkan desa kita ke sebarang sungai,” harap Yoanda.

Sementara itu tokoh masyarakat setempat, Hengky mengatakan desa mereka termasuk daerah tertinggal karena sulitnya transportasi menuju ke seberang sungai.

“Kita merasa desa ini sangat terisolir dibandingkan desa lainnya. Apa lagi dibeberapa wilayah lain yang ada di Kabupaten Muara Enim sudah memiliki akses menyeberang ke seberang sungai pada hal diseberang sungai itu tidak ada desa tapi sudah ada jembatan. Sedangkan desa kita ini dihuni oleh ribuan warga tidak ada perhatiannya sampai berpuluh – puluh tahun,” ujar Hengky.