PTBA Rilis Laporan Keuangan, Begini Kinerja PTBA 2018

Jajaran Direksi PT Bukit Asam

PALUGADANEWS.COM, JAKARTA —  PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih Rp 5,02 triliun per 31 Desember 2018. Pencapaian laba tersebut akibat kenaikan pendapatan usaha dari penjualan ekspor hingga lebih dari Rp 2,44 triliun, serta efisiensi berkelanjutan yang berhasil dilakukan oleh Perseroan.

“Peningkatan kinerja berhasil ditunjukkan oleh Perseroan, baik dari sisi operasional maupun keuangan di tengah kondisi ekonomi yang penuh dengan tantangan,” kata Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, Kamis (25/4/2019)di Jakarta.

Menurut Arviyan, Laba bersih tersebut tidak hanya lebih tinggi dari laba bersih tahun 2017 dan target laba bersih tahun 2018 yang ditetapkan oleh Perseroan, namun juga menjadi laba bersih tertinggi yang berhasil diraih sejak Perseroan beroperasi.

Cash and equivalent per 31 Desember 2018 tercatat Rp 6,30 Triliun atau meningkat 77% dibandingkan per 31 Desember 2017.

Dengan cash ratio atau cash and equivalent terhadap liabilitas jangka pendek per 31 Desember 2018 mencapai 128%, jauh lebih tinggi daripada cash ratio per 31 Desember 2017 yang hanya 79%.

Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan terhadap likuiditas Perseroan dan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

“Kinerja operasional selama tahun 2018, produksi mengalami kenaikan signifikan lebih dari 2,12 juta ton dan penjualan ekspor meningkat lebih dari 1,54 juta ton dengan angkutan batubara via Kereta Api naik lebih dari 1,32 juta ton dari periode yang sama tahun sebelumnya,” terang dia.

Keberhasilan tersebut, lanjutnya, tidak terlepas dari strategi manajemen dalam mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Korea Selatan, Hong Kong dan Thailand, ditengah pembatasan impor yang dilakukan oleh China selaku pangsa pasar ekspor terbesar.

“Tentunya didukung oleh keberhasilan dari strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie kepremium market dengan tonase yang mencapai 2 kali lipat lebih dari tonase tahun sebelumnya,” kata dia.

Pendapatan usaha Perseroan tercatat sebesar Rp 21 , 17 triliun yang terdiri atas pendapatan dari penjualan batubara domestik sebesar 49%, penjualan batubara ekspor sebesar 48% dan selebilmya yaitu 3% diperoleh dari aktivitas usaha lainnya, seperti penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.

Selain dipengaruhi oleh volume, peningkatan pendapatan usaha juga dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batubara FY2018 yang mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 3% atau naik dari Rp 808.690/ton menjadi Rp 834.558/ton.

Kenaikan tersebut akibat kenaikan harga rata-rata batu bara Newcastle selama tahun 2018 yang cukup signifikan yaitu sebesar 21 %, serta kenaikan rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) sebesar 15%, masing-masing dibandingkan harga rata-rata selama tahun 2017.

Peningkatan pendapatan usaha yang berhasil diperoleh di tahun 2018 serta upaya efisiensi biaya yang berkelanjutan, mampu mencatatkan laba bersih Perseroan hingga menembus angka Rp 5,02 ttiliun dan menjadi pencapaian laba bersih tertinggi sejak Perseroan beroperasi.